Artikel
ini sudah saya buat pada tanggal 31 September 2011 namun baru sempat posting ke
blog, maklum lumayan sibuk plus jaringan internet agak tidak tersambung tiap
saat. Hehe.... mudah-mudahan bisa bermanfaat.
Ya...pada
tahun ini Idul Fitri di Indonesia dirayakan dalam waktu yang berbeda.
Muhammadiyah sudah dari awal menetapkan Idul Fitri jatuh pada hari selasa, tanggal
30 september 2011. Sementara NU dan pemerintah menetapkan Idul Fitri jatuh pada
hari rabu tanggal 31 September 2011. Perbedaan ini sebenarnya bukan hal yang
baru, karena pada beberapa tahun yang lalu juga terjadi perbedaan. Hal ini
terkait dengan perbedaan metode yang digunakan. Yaitu:
1. Rukyatul hilal, ialah mengamati bulan secara
langsung, apabila hilal tidak terlihat (gagal terlihat), maka bulan kalender
berjalan digenapkan 30 hari. Istilah penggenapan ini disebut istikmal.
Metode ini pada umumnya dipakai organisasi NU. Metode ini berbegangan pada
sabda Nabi, “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu
karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)”.
2. Wujudul hilal, ialah penentuan awal bulan dengan
menggunakan dua pedoman, yakni itjimak / konjungsi terjadi sebelum matahari
terbenam dan bulan terbenam setelah matahari terbenam, maka petang hari
tersebut dinyatakan sebagai awal bulan tanpa melihat berapapun sudut ketinggian
bulan saat matahari terbenam. Metode ini pada umumnya dipakai Muhammadiyah.
Dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur’an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra’:
12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5, serta penafsiran astronomis atas
QS. Yasin: 36-40.
3. Disamping itu terdapat beberapa
metode lain dengan besara sudut / angka yang berbeda.
Perbedaan
metode itulah yang terkadang menyebabkan perbedaan penentuan Hari raya Idul
Fitri. Namun yang menarik lagi ternyata yang merayakan Idul Fitri hari rabu
hanya empat negara yaitu Indonesia, Oman, Afrika Selatan , dan Selandia baru.
Sementara negara seperti Arab saudi, Mesir, Eropa, Amerika, Malaysia dan negara
lainya merayakan hari selasa. Sekali lagi hal ini bukan menjadi masalah, dan
tidak mesti dibuat menjadi masalah.
Namun
sebagai seorang muslim, alangkah indahnya bila perayaan hari raya dilakukan
bersama-sama. Kecanggihan teknologi serta perkembangan ilmu pengetahuan
seharusnya mampu memberi solusi. Tidaklah mungkin kita harus melihat bulan
hanya untuk buka puasa atau melihat posisi matahari untuk sholat lima waktu.
Kita sudah menggunakan perhitungan untuk itu, maka kenapa Idul fitri tidak
bisa? Sekali lagi ini bukan suatu masalah dan ini justru bukti Indahnya Islam
yang penuh interpretatif manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beceloteh di sini!!!