TINJAUAN MENYELURUH MENGENAI PENDIDIKAN
DI DAERAH PEDESAAN
Tiga faktor kritis : Pendidikan, Tanah dan Kesempatan Kerja
Penduduk pedesaan merupakan konsumen potensial bagi pendidikan non formal, baik yang tinggal di lading, di desa maupun pada kota-kota pesat pedesaan. Menunjukkan bahwa 90% dari seluruh penduduk hidup di daerah pedesaan. Pada kebanyakan Negara-negara yang berkembang lebih dari 50% seluruh jumlah penduduk berusia dibawah 20 tahun. Sehingga memunjulkan akibat, maka angkatan kerja dewasa yang produksional kurang besar jumlahnya harus memikul beban yang lebih besar untuk mendidik dan menghidupi golongan yang berusia lebih muda serta mengasuh golongan orang-orang jompo serta penderita penyakit.
Dari hal di atas menunjukan dengan produksi pertanian, penggunaan tanah dan kesempatan kerja di pedesaan menjadi sebuah implikasinya. Bahwa masyarakat pedesaan membutuhkan input produksi yang banyak. Untuk itu membutuhkan pendidikan dalam hal mengolah ladang, bercocok tanam dan penggunaan teknologi. Dengan hal ini diharapkan intensifikasi usaha bercocok tanam dapat sedikit meringankan pengangguran semu di pedesaan. Namun ada pula masalah yang cukup sulit untuk dipecahkan, misalnya masalah pengangguran yang gawat dan semakin meningkat di daerah pedesaan. Karena pada umumnya pemusatan perhatian dari pemerintah pusat hanya pada masyarakat perkotaan saja. Sebagaian akibatnya menimbulkan ketimpangan ekonomi dan sosial yang parah serta ketegangan politik yang memuncak. Dan akhirnya desa tidak menjdi perhatian yang serius oleh pemerintah