Jumat, 17 Desember 2010

Sepakbola dan suaka kepentingan.

Saat ini rakyat Indonesia sedang mengalami euphoria yang luar biasa terhadap sepakbola. Penampilan yang menarik dan kemenangan demi kemenangan yang diraih Timnas sepakbola Indonesia mebuat masyarakat mendadak histeris terhadap sepakbola, tidak saja para pecinta bola yang memang dari awal sudah menyukai sepakbola. Namun sekarang ini yang tadinya kurang suka, mendadak menjadi ikut larut dalam sebuah hysteria yang luar biasa terhadap Timnas Indonesia.

Tak dipungkiri, sepakbola merupakan olahraga paling popular di dunia, banyak pihak memperhatikan dunia sepakbola. Histeria yang dilakukan oleh supporter Indonesia memang tidak bisa dipungkiri memunculkan decak kagum dan kefanatikannya terhadap Timnas. Maklum, sudah terlalu lama mungkin pecinta sepakbola di Indonesia tidak melihat tim kesayangannya tampil luar biasa. Praktis setelah pergelaran Piala Asia 2007. Inilah penampilan terbaik yang pernah ditunjukan oleh Timnas Garuda. Ada sebuah kerinduan yang amat dalam dari rakyat Indonesia terhadap prestasi bangsa ini. Antusiasme rakyat ini menunjukan kerinduan akan sesuatu yang bisa dibanggakan dari bangsa Indonesia.


Nah, perhatian yang begitu besar yang ditunjukan oleh masyarakat Indonesia terhadap Timnas Indonesia, ternyata juga mendapat perhatian dari para politikus maupun pejabat seperti presiden. Ya, momen ini memang cukup efektif bagi politikus mapun pejabat lainnya untuk memperoleh perhatian juga. Sepakbola mendadak menjadi sebuah suaka bagi para politisi maupun pejabat yang tingkat kepopulerannya mulai menurun. Presiden SBY contohnya, dengan hanya duduk menonton disebuah kursi yang paling mahal harga tiketnya seketika mendapat apresiasi dari pecinta sepakbola maupun media. Presiden seketika tercitra sebagai pecinta sepakbola, dan rakyat akan melupakan ucapan SBY terkait RUUK Yogja, melupakan kasus century, dll.
Tak hanya itu, sepakbola juga menjadi suaka bagi Nurdin Halid yang jelas-jelas telah gagal dan sudah menjadi musuh bersama suporter Indonesia.  Jika Timnas Indonesia juara, maka Nurdin seketika akan dianggap pahlawan padahal dia sudah tidak popular lagi bagi pecinta sepakbola Indonesia.

Menarik memang bila melihat trik dan intrik politisi yang pandai memanfaatkan situasi. Namun yang jelas, Timnas adalah kebanggaan bersama selutuh rakyat Indonesia. Kemenangan Timnas adalah kemenangan seluruh bangsa Indonesia. Ini adalah momentum untuk meningkatkan nasionalisme dan kepedulian terhadap bangsa serta sekali lagi perlu hati-hati dengan politisi dan pejabat oportunis yang bisanya hanya memanfaatkan situasi.


Salam
Garuda di dadaku…


oleh: Malik Ridwan Fauzi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beceloteh di sini!!!